Kita tidak
bisa menutup mata bahwa perceraian banyak terjadi di sekitar kita. Ada pasangan
yang menempuh jalan cerai karena merasa telah memilih orang yang salah, atau
merasa pernikahan yang dijalaninya itu buruk atau sakit. Saya tidak mau pusing
mengenai ''orang yang salah" atau "pernikahan yang sehat versus
pernikahan yang sakit", itu tidak akan menjadi bahasan dalam tulisan ini.
Yang lebih ditekankan dalam tulisan ini adalah risiko perceraian yang mesti
dipikirkan oleh pasangan yang memilih jalan cerai. Apa saja itu? Berikut ini
penjelasannya.
RESIKO EMOSI
Pasangan
yang menghadapi kemelut rumah tangga pasti akan merasakan tekanan-tekanan
perasaan seperti: jiwa terganggu, marah, sedih, tidak berdaya, rasa bersalah,
terpencil, rendah diri, putus asa, kecewa, kesepian. Beban perasaan itu pasti
akan menimpa pasangan yang menghadapi perceraian, baik sebelum, semasa atau
sesudah bercerai. Tekanan perasaan itu bukan hanya mengganggu emosi dan jiwa
individu tersebut, tetapi ia juga akan berimplikasi pada kesan negatif terhadap
keluarga dan orang-orang terdekat.
RESIKO
TANGGUNGAN
Bagi
pasangan yang telah bercerai, mereka juga akan dibebani tanggung jawab dan
peranan yang bertambah:
1. Sebagai
ibu/ bapak tunggal
2. Terpaksa
mencari nafkah .
RESIKO
KEJIWAAN ANAK
Dalam
perceraian, anak-anak menjadi korban yang nyata, terutama jiwa dan perasaan
mereka. Mereka kurang mendapat kasih sayang, perhatian dan bimbingan dari ibu
bapaknya. Bagaimana bisa memberikan pengasuhan dan pendidikan secara optimal
bila hidup terpisah. Beberapa situasi yang akan dihadapi anak akibat perceraian
orang tuanya adalah:
1.
Kehilangan kasih sayang dari ibu dan bapak
2.
Kadangkala terpaksa berpisah dari adik-kakak
3. Rasa
bersalah, malu, rendah diri, tidak percaya diri
4. Mengalami
tekanan jiwa dan perasaan
5. Perasaan
terganggu dan bingung
6.
Kehilangan semangat belajar
7. Akan
menunjukkan tabiat dan sikap yang negatif.
Emosi
negatif anak tersebut, apabila dibiarkan berlarut-larut, tanpa penanganan
berarti, akan membuat anak tumbuh dengan konsep diri yang negatif sepanjang
hidupnya. Pasangan yang mau bercerai harus memberikan prioritas utama pada
anak-anak mereka.
Harus ada
kehendak bersama, kesepakatan bersama bahwa:
1.
Perceraian tidak akan memutuskan ikatan anak dan ibu bapak. Hanya hubungan pernikahan
suami-istri saja yang terputus. Anak-anak tidak boleh dilibatkan dalam konflik
ibu bapak.
2. Anak-anak
perlu bantuan dan dukungan ibu bapak agar dapat mengendalikan segala perubahan
yang mereka alami setelah ibu bapak bercerai.
3. Anak
-anak mempunyai perasaan yang sensitif. Bila kehilangan sesuatu, pastinya akan
timbul perasaan bimbang, geram dan marah. Mereka memerlukan banyak perhatian,
support dan bantuan.
4. Anak-anak
memerlukan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Perasaan negatif yang ada di antara
pasangan tidak boleh ditanamkan dalam jiwa anak-anak.
5. Jangan
pernah mengatakan hal-hal buruk atau menilai buruk ibu bapak pada anak-anak. .
RESIKO
FINANSIAL
Jika
seseorang bercerai karena masalah keuangan, masalah itu akan tetap menghantui
diri mereka setelah bercerai nanti. Sebagian dari permasalahan yang akan mereka
hadapi adalah: mengurangi budget belanja kerana pendapatan sudah berkurang.
1. Gaya
hidup sebelum ini terpaksa berubah, karena yang mencari nafkah menjadi tunggal.
2. Masalah
keuangan akan semakin menekan jika seorang istri sebelum ini hanya bergantung
kepada nafkah yang diberikan oleh suami.
3. Kebutuhan
dan belanja hidup sehari-hari anak-anak akan berkurang dan ini mungkin akan
turut menurunkan prestasi mereka di sekolah.
4. Muncul tuntutan
hukum terkait isu nafkah anak di pengadilan.
5. Kerja
lembur diperlukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
6. Suami
harus menanggung beban keuangan lebih besar untuk membiayai kebutuhan anak-anak
yang dibawa istri yang telah diceraikannya, dan tanggungan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga baru jika sudah berumah tangga lagi.
RESIKO
SOSIAL
Jika terjadi
perceraian, kehidupan sosial seseorang juga mengalami guncangan. Berbagai
permasalahan yang berhubungan dengan pergaulan dan interaksi sesama manusia
akan mengakibatkan kesan-kesan negatif dalam kehidupan mereka.
Sebagai
contoh:
1. Pasangan
akan dipandang sinis oleh sebagian masyarakat dengan gelar janda/duda.
2. Muncul
berbagai pertanyaan dari kaum kerabat yang harus dihadapi.
3. Suami dan
isteri akan kehilangan keluarga, saudara dan kawan dari pasangan masing-masing.
4. Pasangan
terpaksa mendapatkan bantuan dari keluarga dan saudara dalam hal penjagaan
anak-anak.
5. Jiwa akan
lebih tertekan jika selama ini pasangan hanya bergantung antara satu sama lain
dalam kehidupan sehari-hari. Risiko di atas merupakan sebagian kecil dari
masalah baru yang akan menimpa pasangan-pasangan yang telah membuat keputusan
untuk bercerai. Walaupun pada hakikatnya ada pasangan yang terpaksa membuat
keputusan yang pahit ini; disebabkan pasangannya tidak bertanggung jawab atau
telah lama mengabaikan kewajiban sebagai seorang suami atau istri. Perceraian,
walau bagaimanapun, bukanlah jalan keluar yang dapat menyelesaikan segala
masalah yang dihadapinya.
SITUASI
SETELAH BERCERAI Setelah bercerai, pasangan dan anak-anak akan menghadapi
perubahan besar. Sebagian dari permasalahan itu terkait dengan rumah, sekolah,
teman, emosi.
1. Pasangan
harus bersifat bijak dan bertanggung jawab setelah bercerai, terutama dalam hal
menjaga tumbuh kembang anak yang sedang tertekan karena merasa kehilangan.
2.
Kekompakan antarpasangan, hubungan yang baik antara ibu dan bapak, akan
membantu anak-anak melewati masa sulit itu.
3. Pasangan
yang merasa kesulitan dalam membangun komunikasi yang baik, bisa minta bantuan
pada ahli atau orang yang dipercaya.
APA YANG
ANDA SUDAH LAKUKAN? Setiap individu perlu menilai dan meneliti setiap aspek
yang akan dihadapi sebelum mengambil keputusan final. Sebagian hal yang perlu
diperhatikan sebelum membuat keputusan final adalah:
1.
Sejauhmanakah usaha yang Anda telah tempuh untuk mencari jalan keluar atas
masalah yang sedang dihadapi ?
2. Sudahkah
Anda berusaha mengenal dan memperbaiki segala kekurangan yang terdapat pada
diri Anda sendiri ?
3. Sudahkah
Anda memohon pertolongan Tuhan, dengan mendirikan salat wajib maupun sunat dan
memanjatkan doa dengan penuh khusuk dan tawadhu (rendah hati, tunduk patuh)?
4.
Sejauhmana pengorbanan Anda dalam memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada?
5. Sudahkah
Anda mendapatkan nasehat, bantuan dan bimbingan dari konsultan pernikahan?
JIKA ANDA
MEMBUTUHKAN BANTUAN KAMI UNTUK MENJADI KONSULTAN RUMAH TANGGA ANDA SEBAGAI
MEDIATOR ATAU KALAU MEMANG SUDAH TIDAK ADA JALAN KELUAR SELAIN PERCERAIAN, MAKA
HUBUNGI KAMI :
Telp .
081226299990 Wa. 081329019810
Today Deal $50 Off : https://goo.gl/efW8Ef
Kita tidak bisa menutup
mata bahwa perceraian banyak terjadi di sekitar kita. Ada pasangan yang
menempuh jalan cerai karena merasa telah memilih orang yang salah, atau
merasa pernikahan yang dijalaninya itu buruk atau sakit.
Saya tidak mau pusing mengenai ''orang yang salah" atau "pernikahan yang
sehat versus pernikahan yang sakit", itu tidak akan menjadi bahasan
dalam tulisan ini. Yang lebih ditekankan dalam tulisan ini adalah risiko
perceraian yang mesti dipikirkan oleh pasangan yang memilih jalan
cerai. Apa saja itu? Berikut ini penjelasannya.
RESIKO EMOSI
Pasangan yang menghadapi kemelut rumah tangga pasti akan merasakan
tekanan-tekanan perasaan seperti: jiwa terganggu, marah, sedih, tidak
berdaya, rasa bersalah, terpencil, rendah diri, putus asa, kecewa,
kesepian.
Beban perasaan itu pasti akan menimpa pasangan yang menghadapi
perceraian, baik sebelum, semasa atau sesudah bercerai. Tekanan perasaan
itu bukan hanya mengganggu emosi dan jiwa individu tersebut, tetapi ia
juga akan berimplikasi pada kesan negatif terhadap keluarga dan
orang-orang terdekat.
RESIKO TANGGUNGAN
Bagi pasangan yang telah bercerai, mereka juga akan dibebani tanggung
jawab dan peranan yang bertambah:
1. Sebagai ibu/ bapak tunggal
2. Terpaksa mencari nafkah .
RESIKO KEJIWAAN ANAK
Dalam perceraian, anak-anak menjadi korban yang nyata, terutama jiwa dan
perasaan mereka. Mereka kurang mendapat kasih sayang, perhatian dan
bimbingan dari ibu bapaknya. Bagaimana bisa memberikan pengasuhan dan
pendidikan secara optimal bila hidup terpisah. Beberapa situasi yang
akan dihadapi anak akibat perceraian orang tuanya adalah:
1. Kehilangan kasih sayang dari ibu dan bapak
2. Kadangkala terpaksa berpisah dari adik-kakak
3. Rasa bersalah, malu, rendah diri, tidak percaya diri
4. Mengalami tekanan jiwa dan perasaan
5. Perasaan terganggu dan bingung
6. Kehilangan semangat belajar
7. Akan menunjukkan tabiat dan sikap yang negatif.
Emosi negatif anak tersebut, apabila dibiarkan berlarut-larut, tanpa
penanganan berarti, akan membuat anak tumbuh dengan konsep diri yang
negatif sepanjang hidupnya. Pasangan yang mau bercerai harus memberikan
prioritas utama pada anak-anak mereka. Harus ada kehendak bersama,
kesepakatan bersama bahwa:
1. Perceraian tidak akan memutuskan ikatan anak dan ibu bapak. Hanya
hubungan pernikahan suami-istri saja yang terputus. Anak-anak tidak
boleh dilibatkan dalam konflik ibu bapak.
2. Anak-anak perlu bantuan dan dukungan ibu bapak agar dapat
mengendalikan segala perubahan yang mereka alami setelah ibu bapak
bercerai.
3. Anak -anak mempunyai perasaan yang sensitif. Bila kehilangan
sesuatu, pastinya akan timbul perasaan bimbang, geram dan marah. Mereka
memerlukan banyak perhatian, support dan bantuan.
4. Anak-anak memerlukan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Perasaan
negatif yang ada di antara pasangan tidak boleh ditanamkan dalam jiwa
anak-anak.
5. Jangan pernah mengatakan hal-hal buruk atau menilai buruk ibu bapak
pada anak-anak. .
RESIKO FINANSIAL
Jika seseorang bercerai karena masalah keuangan, masalah itu akan tetap
menghantui diri mereka setelah bercerai nanti. Sebagian dari
permasalahan yang akan mereka hadapi adalah: mengurangi budget belanja
kerana pendapatan sudah berkurang.
1. Gaya hidup sebelum ini terpaksa berubah, karena yang mencari nafkah
menjadi tunggal.
2. Masalah keuangan akan semakin menekan jika seorang istri sebelum ini
hanya bergantung kepada nafkah yang diberikan oleh suami.
3. Kebutuhan dan belanja hidup sehari-hari anak-anak akan berkurang dan
ini mungkin akan turut menurunkan prestasi mereka di sekolah.
4. Muncul tuntutan hukum terkait isu nafkah anak di pengadilan.
5. Kerja lembur diperlukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
6. Suami harus menanggung beban keuangan lebih besar untuk membiayai
kebutuhan anak-anak yang dibawa istri yang telah diceraikannya, dan
tanggungan untuk memenuhi kebutuhan keluarga baru jika sudah berumah
tangga lagi.
RESIKO SOSIAL
Jika terjadi perceraian, kehidupan sosial seseorang juga mengalami
guncangan. Berbagai permasalahan yang berhubungan dengan pergaulan dan
interaksi sesama manusia akan mengakibatkan kesan-kesan negatif dalam
kehidupan mereka. Sebagai contoh:
1. Pasangan akan dipandang sinis oleh sebagian masyarakat dengan gelar
janda/duda.
2. Muncul berbagai pertanyaan dari kaum kerabat yang harus dihadapi.
3. Suami dan isteri akan kehilangan keluarga, saudara dan kawan dari
pasangan masing-masing.
4. Pasangan terpaksa mendapatkan bantuan dari keluarga dan saudara dalam
hal penjagaan anak-anak.
5. Jiwa akan lebih tertekan jika selama ini pasangan hanya bergantung
antara satu sama lain dalam kehidupan sehari-hari.
Risiko di atas merupakan sebagian kecil dari masalah baru yang akan
menimpa pasangan-pasangan yang telah membuat keputusan untuk bercerai.
Walaupun pada hakikatnya ada pasangan yang terpaksa membuat keputusan
yang pahit ini; disebabkan pasangannya tidak bertanggung jawab atau
telah lama mengabaikan kewajiban sebagai seorang suami atau istri.
Perceraian, walau bagaimanapun, bukanlah jalan keluar yang dapat
menyelesaikan segala masalah yang dihadapinya.
SITUASI SETELAH BERCERAI
Setelah bercerai, pasangan dan anak-anak akan menghadapi perubahan
besar. Sebagian dari permasalahan itu terkait dengan rumah, sekolah,
teman, emosi.
1. Pasangan harus bersifat bijak dan bertanggung jawab setelah bercerai,
terutama dalam hal menjaga tumbuh kembang anak yang sedang tertekan
karena merasa kehilangan.
2. Kekompakan antarpasangan, hubungan yang baik antara ibu dan bapak,
akan membantu anak-anak melewati masa sulit itu.
3. Pasangan yang merasa kesulitan dalam membangun komunikasi yang baik,
bisa minta bantuan pada ahli atau orang yang dipercaya.
APA YANG ANDA SUDAH LAKUKAN?
Setiap individu perlu menilai dan meneliti setiap aspek yang akan
dihadapi sebelum mengambil keputusan final. Sebagian hal yang perlu
diperhatikan sebelum membuat keputusan final adalah:
1. Sejauhmanakah usaha yang Anda telah tempuh untuk mencari jalan keluar
atas masalah yang sedang dihadapi ?
2. Sudahkah Anda berusaha mengenal dan memperbaiki segala kekurangan
yang terdapat pada diri Anda sendiri ?
3. Sudahkah Anda memohon pertolongan Tuhan, dengan mendirikan salat
wajib maupun sunat dan memanjatkan doa dengan penuh khusuk dan tawadhu
(rendah hati, tunduk patuh)? 4. Sejauhmana pengorbanan Anda dalam
memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada?
5. Sudahkah Anda mendapatkan nasehat, bantuan dan bimbingan dari
konsultan pernikahan?
JIKA ANDA MEMBUTUHKAN BANTUAN KAMI UNTUK MENJADI KONSULTAN RUMAH TANGGA
ANDA SEBAGAI MEDIATOR ATAU KALAU MEMANG SUDAH TIDAK ADA JALAN KELUAR
SELAIN PERCERAIAN, MAKA HUBUNGI KAMI :
Telp . 081226299990
Wa. 081329019810
Today Deal $50 Off : https://goo.gl/efW8Ef
Today Deal $50 Off : https://goo.gl/efW8Ef
0 komentar